MERESENSI NOVEL PULANG KARYA TERE LIYE

 

MERESENSI NOVEL “PULANG” KARYA TERE LIYE

Orlando, Windi Asria Lumban Gaol

Sekolah Menengah Kejuruan Pelita IV

E-mail: asanorlando134@gmail.com

Abstract

        The novel Pulang by Tere Liye stands out as an exceptional piece of Indonesian literature, exploring themes of life’s journey, struggles, and identity within the framework of a family story. Through the life of a young man navigating a shadowy and conflict-ridden world, the novel presents a profound narrative about the search for self and the meaning of "going home" as a concept that transcends physical space, encompassing a spiritual journey to understand life’s values. In 2021, the novel's relevance grew, particularly amid the pandemic, as many questioned the meaning of home and family during uncertain times.
Tere Liye successfully offers reflections on family, sacrifice, and life struggles, serving as a mirror for readers to understand their own life journeys. This article aims to explore the perspectives presented in the novel and inspire readers to delve deeper into the moral values it conveys.

Abstrak

        Novel Pulang karya Tere Liye adalah salah satu karya sastra Indonesia yang menonjol dengan tema perjalanan hidup, perjuangan, dan pencarian identitas dalam bingkai kisah keluarga. Melalui kehidupan seorang pemuda di dunia bayangan yang sarat konflik, novel ini menyajikan narasi mendalam tentang pencarian jati diri dan arti "pulang" sebagai konsep yang melampaui tempat fisik, mencakup pula perjalanan spiritual untuk memahami nilai-nilai kehidupan. Pada tahun 2021, relevansi novel ini semakin meningkat, terutama di tengah situasi pandemi yang mendorong banyak orang untuk mempertanyakan makna rumah dan keluarga di tengah ketidakpastian.
Tere Liye berhasil menghadirkan refleksi mengenai arti keluarga, pengorbanan, dan perjuangan hidup, yang sekaligus menjadi cermin bagi pembaca dalam memahami makna perjalanan hidup mereka sendiri. Artikel ini bertujuan untuk menggali perspektif yang ditawarkan novel ini serta menginspirasi pembaca dalam mengeksplorasi nilai-nilai moral yang terkandung di dalamnya.

Kata Kunci: Novel Pulang, Tere Liye, Resensi Novel Pulang.

 

A.    PENDAHULUAN

Novel Pulang karya Tere Liye adalah salah satu karya sastra Indonesia yang mendapat perhatian luas karena mampu mengangkat tema perjalanan hidup, perjuangan, dan identitas dalam bingkai kisah keluarga. Novel ini menggambarkan kisah seorang pemuda yang menjalani kehidupan penuh liku-liku di dunia bayangan yang sarat konflik. Melalui perjalanan tokoh utama, Tere Liye menyajikan narasi tentang pencarian jati diri dan arti "pulang" dalam konteks keluarga, pengorbanan, dan rasa memiliki.

Pada tahun 2021, novel ini semakin relevan karena banyak orang yang kembali mempertanyakan makna rumah dan keluarga, terutama di tengah masa pandemi dan ketidakpastian ekonomi. Pulang menawarkan refleksi mendalam mengenai arti "pulang" bukan hanya sebagai tempat fisik, tetapi juga sebagai perjalanan spiritual untuk memahami diri dan nilai-nilai kehidupan.

Melalui resensi ini, diharapkan pembaca dapat melihat perspektif baru yang ditawarkan Tere Liye, serta menangkap pesan moral yang ingin disampaikan mengenai keluarga, pilihan hidup, dan perjuangan dalam menemukan makna hidup. Resensi ini juga diharapkan dapat menginspirasi para pembaca untuk menggali lebih dalam makna dari perjalanan hidup mereka sendiri.          

 

Dari latar belakang kita dapat menyimpulkan berbagai masalah, yaitu:

1.     Apa itu Resensi?

2.     Apa saja struktur Resensi?

3.     Apa ciri-ciri dari Resensi

4.     Apa saja jenis-jenis Resensi

5.     Bagaimana cara meresensi suatu novel?

 

B.  METODE PELAKSANAAN

Dalam pembuatan artikel ini, saya menggunakan metode deskriptif yaitu sebuah metode dimana mengutamakan masalah-masalah aktual secara apa adanya saat penelitian berlangsung. Semua data diolah sesuai dengan keasliannya.

 

C.    PEMBAHASAN DAN HASIL

Pengertian Resensi

Tentunya masih banyak yang belum mengerti apa itu Resensi bukan. Nah kali ini saya akan menjelaskan apa itu Resensi. Berikut penjelasannya

Ulasan atau yang biasa dikenal dengan resensi, secara etimologi berasal dari bahasa Belanda, yaitu resentie dan bahasa Latin recentsii recensere, atau revidere, yang artinya mengulas kembali atau melihat kembali. Nah, kalau dalam bahasa Inggris, resensi dikenal dengan istilah review.

Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa resensi adalah tulisan yang berisi penilaian suatu karya, seperti film, buku, drama, lagu, hingga karya sastra dan seni lainnya, baik dari segi isi maupun unsur kebahasaannya.

Resensi adalah ulasan atau penilaian terhadap sebuah karya, seperti buku, film, drama, musik, atau karya seni lainnya. Dalam resensi, penulis memberikan pandangan kritis terhadap isi, kelebihan, kekurangan, serta nilai atau pesan yang terkandung dalam karya tersebut. Resensi biasanya mencakup deskripsi singkat mengenai isi karya, analisis terhadap elemen-elemen penting, dan penilaian pribadi dari penulis resensi.

Tujuan utama penulisan resensi adalah untuk memberikan gambaran umum kepada pembaca tentang isi dan kualitas karya tersebut sehingga mereka dapat mempertimbangkan apakah karya tersebut sesuai dengan minat atau kebutuhan mereka. Selain itu, resensi juga berfungsi sebagai media apresiasi dan kritik, yang membantu pembaca dan pembuat karya untuk memahami perspektif orang lain mengenai karya tersebut.

Struktur Resensi

Tentunya Resensi memiliki berbagai struktur, kali ini saya akan menjelaskan apa saja strukturnya. Berikut penjelasannya:

 

Judul Resensi

Merupakan suatu judul yang kita pilih sesuai dengan apa yang kita Resensikan seperti judul pada makalah ini yaitu, “MERESENSI NOVEL PULANG”

 

 

Identitas Resensi

Bagian teks resensi ini mengidentifikasi karya yang sedang dibahas. Hal ini bisa mencakup judul, penulis, atau penerbit, serta deskripsi singkat karya tersebut. Misalnya, “Teks Resensi berisi tentang novel karya Mark Twain, ‘Petualangan Tom Sawyer.'”

Isi Orientasi

Pada isi orientasi ada beberapa bagian yaitu, Orientasi, Sinopsis, Analisis, dan Evaluasi. Berikut penjelasannya:

Orientasi:
Bagian orientasi teks resensi memberikan informasi latar belakang dan konteks untuk karya yang sedang ditinjau. Ini dapat mencakup konteks sejarah atau budaya yang relevan, serta informasi apa pun yang masih berhubungan dengan penulis buku atau pencipta karya yang dibahas.

Sinopsis:

Bagian sinopsis dari teks resensi memberikan ringkasan singkat tentang karya yang sedang diulas. Bagian ini harus memberikan ikhtisar plot utama atau poin utama dari karya tersebut, tanpa memberikan terlalu banyak detail.

Analisis:
Bagian analisis teks resensi memberikan sebuah ulasan atau analisa yang lebih dalam tentang karya yang sedang diulas. Ini dapat mencakup diskusi tentang gaya penulisan, tema, karakter, dan aspek lain dari karya yang relevan dengan resensi.

Misalnya, “Gaya penulisan Twain dicirikan oleh deskripsinya yang jelas, dialog yang hidup, dan penceritaan yang imajinatif. Tema novel ini meliputi pentingnya persahabatan, kegembiraan dan bahaya masa kanak-kanak, dan konflik antara kepolosan dan pengalaman.”

Evaluasi:

Bagian evaluasi dari teks Resensi memberikan penilaian penulis secara keseluruhan terhadap karya yang sedang diulas. Ini dapat mencakup diskusi tentang kelebihan dan kekurangan karya tersebut, serta rekomendasi bagi pembaca.

 

Penutup Resensi

Yaitu suatu yang membahas tentang kelayakan suatu novel ketika sudah di Resensi.

 

Ciri-ciri Resensi

a.      Judul resensi

Hal yang pertama akan terlihat dari teks resensi adalah judul Namun, dalam teks resensi, judul yang tertera bukanlah judul buku yang diresensi, melainkan judul yang dibuat oleh peresensi Biasanya, judul tersebut dibuat menggunakan kata-kata yang menarik dan menggambarkan keunggulan buku tersebut.

b.      Identitas buku

Di bagian awal teks resensi terdapat penjelasan mengenal identitas buku yang diresensi, mulai dari judul buku, penulis, penerbit, tahun terbit, ukuran buku, jumlah halaman, harga buku, dan sebagainya.

c.      Sinopsis buku

Teks resensi memuat sinopsis buku agar pembaca memiliki gambaran umum mengenai isi buku yang diresensi.

d.     Kepengarangan

Teks resensi mengulas unsur kepengarangan berupa gambaran singkat tentang latar belakang pengarang buku. Selain itu maksud dan tujuan pengarang membuat buku tersebut juga dijelaskan dalam teks resensi.

e.      Keunggulan buku

Teks resensi menguraikan keunggulan buku secara objektif dan tidak berlebihan. Dengan demikian, keunggulan tersebut diharapkan dapat memikat pembaca untuk segera memiliki dan membaca buku yang diresensi.

f.      Kelemahan buku

Meskipun ditulis berdasarkan opini peresensi, teks resensi memaparkan kelemahan buku secara objektif. Selain berguna sebagai bahan pertimbangan pembaca, paparan kelemahan buku juga membantu pengarang memperbaiki karya-karyanya di masa mendatang.

 

Jenis-jenis Resensi

Tentu saja Resensi memiliki berbagai jenis, yaitu:

1.   Resensi Informatif

Resensi informatif adalah resensi yang isinya hanya informasi tentang hal penting dari keseluruhan isi buku secara umum.

Resensi jenis ini hanya sebatas memberikan informasi tentang cerita yang sedang diulas. Bagaimana sinopsisnya, siapa pengarang atau pembuat cerita, dan segala informasi tentang cerita tersebut.

 

2.   Resensi Evaluatif

Resensi evaluatif adalah jenis resensi yang membahas secara lebih dalam dan detail setiap bagian atau babnya. Orang yang melakukan resensi akan mengungkapkan apa kelebihan dari cerita tersebut dan juga tentang kekurangannya.

3.   Resensi Informatif –Evaluatif

Resensi informatif-evaluatif merupakan perpaduan dua jenis resensi tersebut. Jenis resensi jenis ini tidak hanya menyajikan ringkasan atau hal-hal penting dalam suatu karya, tetapi juga menyajikan penilaian peresensi tentang isi buku.

Resensi informatif-evaluatif bisa dikatakan yang paling ideal. Hal itu dikarenakan memberikan laporan dan pertimbangan suatu karya secara memadai.

4.   Resensi Kritis

Resensi Kritis adalah jenis resensi yang berbentuk ulasan detail dengan disertai metodologi ilmu pengetahuan tertentu. Isi dari resensi biasanya kritis dan objektif dalam menilai isi buku.

Cara Meresensi Suatu Novel

Cara membuat resensi buku adalah dengan mengikuti langkah-langkah berikut:

1.     Memilih buku yang menarik perhatian

Terdapat beberapa alasan sebuah buku pantas untuk diulas. Pertama, buku tersebut baru, baik baru tahun terbitnya atau mengandung kebaruan. Kedua, buku tersebut berisikan hal unik yang jarang ada. Ketiga, buku target bersifat aktual, yakni sedang membahas isu-isu panas dan terkini.

2.     Mencermati daftar isi buku

Setelah menentukan pilihan, pertama-tama, baca dahulu bagian daftar isi. Lihat pada bagian manakah pesan penting dari buku tersebut ada. Perhatikan juga sistematika dan keteraturan daftar isi tersebut.

3.     Membaca isi buku

Tahap selanjutnya adalah membaca isi buku secara keseluruhan. Pastikan untuk menandai bagian-bagian penting atau menarik. Bukan hanya hal-hal menarik, tinggalkan pula tanda pada bagian yang masih perlu diperbaiki.

4.     Mengupas bagian paling menarik

Di antara hal-hal menarik yang ditemukan dalam buku, pilih bagian yang dianggap paling menarik. Kemudian coba bahas hal tersebut lebih dalam.

5.     Mengkaji kebahasaan dan tata tulis buku

Meski sepele, hal ini dapat menjadi acuan terkait kualitas suatu buku. Kamu dapat melihat gaya bahasa yang digunakan, wujud tata tulis, kode etik tulisan, dan susah tidaknya tulisan tersebut dipahami.

6.     Menyusun ringkasan isi buku

Terkadang, ada buku yang sudah menyelipkan ringkasan pada bagian cover bagian belakang. Jika belum ada, buatlah dengan berpedoman pada daftar isi.

7.     Mengkaji kelebihan dan kelemahan buku

Tahap selanjutnya adalah mengkaji kelebihan dan kelemahan buku. Hal ini perlu dilakukan agar peresensi dapat memberikan saran bagi penulis. Salah satu cara mengetahui kelebihan atau kekurangannya adalah dengan membandingkannya pada buku lain yang sejenis.

8.     Menuliskan hasil kajian ke dalam format resensi

Terakhir, tuliskan semua hasil analisis yang telah dilakukan dalam format resensi. Selamat, kamu telah menyelesaikan proses resensi buku.

 

 

Judul

Novel “Pulang” Karya Tere Liye

Pulang di tulis oleh Tere Liye

Identitas Buku

Editor                   : Diana Hayati            

Desain      Cover  : Resoluzy

Penerbit:

PT Sabak Grib Nusantara

Depok-Jawa Barat

ISBN: 978-623-95545-0-7

Dengan jumlah halaman 395 dan ketebalan buku 20cm

Novel ini di terbitkan pada tahun 2021

Sekarang saya akan membahas tentang penulisnya yaitu Tere Liye

Isi Resensi

 

Orientasi

Darwis (lahir 21 Mei 1979) yang lebih dikenal dengan nama pena Tere Liye adalah penulis dan akuntan berkebangsaan Indonesia. Memulai debut kepenulisan pada tahun 2005 melalui novel Hafalan Sholat Delisa, ia telah menerbitkan lebih dari 50 buku dalam sepanjang karier menulisnya.

Kali ini saya akan meresensi salah satu novel beliau yaitu “Pulang”

Sinopsis

Mengisahkan perjalanan hidup Bujang, seorang anak laki-laki. Ia mengalami kehidupan sulit di hutan rimba Sumatra sejak usia 15 tahun, terancam oleh monster mengerikan.

Bujang kemudian diambil oleh Teuku Muda, seorang bos mafia yang dekat dengan ayahnya. Meskipun sang ibu enggan melepaskan Bujang, sang ayah bersikeras agar anaknya melihat dunia luar dan mendapat pendidikan.

Seiring berjalannya waktu, Bujang dihadapkan pada beberapa tragedi. Di antaranya kematian ayah dan ibu yang meninggalkan luka yang mendalam. Ia bahkan meninggalkan sekolah dan latihan bela diri  yang sudah lama ditekuni setelah kehilangan kedua orangtuanya. Lantaran hal tersebut, kondisi kesehatannya memburuk karena tidak makan dengan teratur.

Tragedi hidupnya semakin bertambah ketika Bujang harus menghadapi kepergian Kopong, tukang pukul keluarga Tong yang sangat setia. Tak berhenti di situ, ketika kembali ke ibu kota setelah menyelesaikan kuliahnya, dia dihadapkan pada pengkhianatan Basyir, teman akrabnya di keluarga Tong.

Puncaknya, Bujang bertemu dengan Tuanku Imam, tokoh agama yang memiliki hubungan dengan keluarganya. Tuanku Imam memberikan nasihat tentang kehidupan dan mengungkap asal-usul keluarga Bujang. Hal itu membuka mata Bujang terkait makna "Pulang".

Selama perjalanan ini, Bujang akhirnya mengerti alasan sang ayah menjadikannya anak angkat Teuku Muda. Hal itu dikarenakan ayahnya sudah sejak lama menjadi tangan kanan Teuku Muda dalam bisnis Shadow Economy.

Namun, Samad, ayah Bujang, mundur dengan alasan yang tidak jelas. Bujang menemukan fakta itu dari Kopong, bahwa Samad berjanji memberikan anak laki-lakinya kepada keluarga Tong.

Akhirnya, Bujang mewarisi keahlian sebagai jagal dari ayah dan kakeknya. Dirinya terlibat dalam bisnis keluarga Tong di "dunia hitam". Meskipun awalnya menolak, seiring bertambahnya usia dan pengalaman, Bujang naik menjadi pemimpin keluarga Tong. Bujang sebagai anak kesayangan Teuku Muda diberi kekuasaan tersebut untuk memimpin keluarga Tong.

Analisis:

BAB 1: Si Babi Hutan

Mengisahkan tentang Bujang, tokoh utama, yang saat itu masih muda dan sedang menjalani proses menjadi bagian dari Keluarga Tong, sebuah kelompok kriminal yang sangat berpengaruh. Dalam bab ini, Bujang diuji dalam sebuah perburuan babi hutan yang menjadi simbol kekuatan dan keberanian.

Babi hutan dalam cerita ini bukan hanya sekadar binatang buruan, melainkan simbol dari tantangan yang harus dihadapi Bujang untuk membuktikan dirinya layak menjadi penerus di keluarga tersebut. Bujang menghadapi situasi yang penuh dengan ketegangan, terutama karena harus memburu hewan yang sangat liar dan berbahaya di hutan.

Melalui adegan ini, pembaca diajak menyelami perjuangan Bujang untuk mengatasi rasa takutnya, dan bagaimana dia mempelajari nilai keberanian, ketangguhan, serta ketenangan dalam menghadapi bahaya. Bab ini menjadi salah satu bagian penting dalam perjalanan transformasi Bujang dari seorang anak kampung biasa menjadi bagian dari organisasi kriminal besar.

BAB 2: Janji Kepada Mamak

Bujang, tokoh utama, mengingat kembali momen penting dalam hidupnya ketika ia memberikan janji kepada Mamaknya (ibunya). Bab ini memperlihatkan sisi emosional dari hubungan Bujang dengan ibunya, yang meskipun terkesan sederhana, penuh dengan makna dan rasa kasih sayang.

Dalam bab ini, Bujang berjanji kepada Mamaknya untuk selalu menjadi anak yang baik dan menjaga harga diri keluarga. Janji ini memiliki makna yang mendalam, karena Mamak Bujang adalah sosok yang sederhana namun kuat, dan dia sangat berharap Bujang tidak terjerumus ke dalam dunia yang penuh kekerasan dan kejahatan, yang kelak Bujang hadapi ketika bergabung dengan Keluarga Tong.

BAB 3: Shadow Economy

Menggambarkan dunia bisnis gelap yang dijalani oleh Keluarga Tong, kelompok kriminal tempat Bujang bernaung. Dalam bab ini, penulis menggambarkan bagaimana ekonomi bayangan atau "shadow economy" beroperasi, yaitu kegiatan ekonomi ilegal yang dilakukan di luar kendali pemerintah dan aturan hukum yang sah.

Keluarga Tong terlibat dalam berbagai aktivitas ilegal seperti penyelundupan, perdagangan barang-barang terlarang, hingga pencucian uang. Ekonomi bayangan ini berjalan tanpa pajak dan pengawasan, namun memiliki sistem yang sangat terorganisir. Bujang, sebagai bagian dari keluarga ini, belajar bagaimana jaringan mereka bekerja, dari hulu ke hilir, mengalirkan kekayaan tanpa terdeteksi oleh pihak berwenang.

BAB 4: Penunggang Kuda Suku Bedouin

Bujang melanjutkan perjalanan hidupnya yang penuh petualangan dan pelajaran. Dalam bab ini, Bujang melakukan perjalanan ke gurun pasir dan bertemu dengan suku Bedouin, yang terkenal sebagai suku pengembara di gurun.

Pertemuan dengan suku Bedouin menjadi pengalaman yang sangat penting bagi Bujang. Dia belajar banyak hal dari suku ini, terutama tentang kearifan lokal mereka, cara bertahan hidup di lingkungan yang keras, dan filosofi hidup yang mereka pegang teguh. Penunggang kuda suku Bedouin adalah simbol keberanian, ketangguhan, dan kebebasan yang menjadi inspirasi bagi Bujang dalam menjalani hidupnya.

BAB 5: Waktuku Sudah Tiba

Menggambarkan momen penting dalam hidup Bujang, tokoh utama. Pada bab ini, Bujang dihadapkan pada titik krusial di mana ia menyadari bahwa saatnya telah tiba untuk menjalani takdirnya sebagai penerus Keluarga Tong, kelompok kriminal besar yang sangat berpengaruh.

Bab ini menggambarkan konflik batin yang dialami Bujang. Ia merasa bebannya semakin berat, tapi di sisi lain, ia juga telah siap menerima peran besar tersebut. Ada campuran antara ketegangan, perasaan berserah, dan penerimaan dalam dirinya. Ini adalah titik klimaks di mana Bujang harus mengambil alih tanggung jawab penuh, baik secara moral maupun fisik, sebagai bagian dari Keluarga Tong.

BAB 6: Patung Naga Emas

Mengisahkan tentang simbol kekuatan, kekuasaan, dan kesetiaan dalam dunia kriminal yang dijalani oleh Bujang. Dalam bab ini, Bujang diperkenalkan pada sebuah patung naga emas yang memiliki makna penting bagi Keluarga Tong.

Patung tersebut bukan hanya sekadar hiasan mewah, melainkan lambang dari keberadaan Keluarga Tong sebagai kelompok yang sangat berpengaruh dan ditakuti. Naga, sebagai simbol kekuatan dan kebijaksanaan, mencerminkan kekuasaan yang dipegang oleh Tuan Tong sebagai kepala keluarga dan pemimpin organisasi kriminal ini. Emas melambangkan kemewahan dan dominasi finansial yang mereka miliki.

Bujang diajarkan untuk memahami filosofi di balik patung tersebut, bahwa seperti naga, seseorang dalam dunia mereka harus cerdik, kuat, dan tak kenal takut. Bab ini memperdalam wawasan Bujang tentang bagaimana dunia tempat ia berada dijalankan dengan simbol-simbol kekuasaan yang kuat. Seiring waktu, patung naga emas menjadi representasi dari loyalitas yang dituntut dari setiap anggota keluarga, termasuk Bujang yang sedang menjalani proses pengukuhan posisinya di dalam organisasi.

BAB 7: Pencuri Yang Pengecut

Kali ini, Bujang dihadapkan pada sebuah peristiwa tentang seorang pencuri yang ketahuan mencuri dan mencoba kabur.

Pencuri ini mencuri dari Keluarga Tong, yang jelas merupakan tindakan berbahaya mengingat kekejaman dan kekuatan keluarga ini. Namun, pencuri tersebut tidak hanya gagal, tetapi juga menunjukkan sikap pengecut ketika tertangkap. Alih-alih melawan atau mempertahankan martabatnya, dia memohon ampun dan mencoba melarikan diri dari tanggung jawab atas perbuatannya.

Bujang, yang saat itu sudah mulai memahami kerasnya dunia kriminal, melihat langsung bagaimana hukum yang berlaku di dunia tersebut. Tidak ada belas kasihan bagi mereka yang lemah dan pengecut. Bab ini memperlihatkan kontras antara sosok Bujang yang perlahan-lahan tumbuh menjadi kuat dan tegar, dengan pencuri yang pengecut tersebut, yang hanya memperlihatkan kelemahan.

BAB 8: Tim Terbaik

Menceritakan pengalaman Bujang saat terlibat dalam misi penting bersama tim yang dipimpin oleh Tauke Muda. Pada bab ini, Bujang menjadi bagian dari tim elit yang diandalkan oleh Keluarga Tong untuk menjalankan misi-misi berbahaya dan berisiko tinggi.

Misi yang mereka jalankan melibatkan penyergapan terhadap musuh dan pengambilalihan aset penting, yang membutuhkan koordinasi, ketepatan, dan keahlian luar biasa. Dalam tim tersebut, setiap anggota memiliki peran spesifik, dan mereka harus bekerja sama dengan sempurna agar misi berhasil.

BAB 9: Penyerbuan Kasino

Merupakan salah satu titik penting dalam perjalanan Bujang di dunia kriminal. Pada bab ini, Bujang ikut serta dalam misi berbahaya untuk menyerbu sebuah kasino ilegal yang dikelola oleh kelompok saingan Keluarga Tong. Misi ini dirancang sebagai bagian dari strategi Keluarga Tong untuk memperluas pengaruhnya sekaligus menunjukkan dominasi mereka di dunia bawah tanah.

Bujang yang masih dalam proses belajar, ikut dalam penyerbuan tersebut bersama orang-orang berpengalaman seperti Si Babi, dan beberapa anggota penting lainnya. Penyerbuan berjalan dengan penuh ketegangan, karena selain mempertaruhkan nyawa, mereka juga harus menghadapi keamanan ketat di kasino tersebut. Aksi yang berlangsung penuh kekerasan ini menjadi salah satu pengalaman penting bagi Bujang dalam memahami kerasnya dunia yang dia masuki.

BAB 10: Pindah Ke Ibukota

Diceritakan tentang Bujang yang pindah dari kampung halamannya ke ibukota setelah menyelesaikan masa pendidikan dan pelatihannya di bawah bimbingan Keluarga Tong. Kepindahannya ini menandai langkah penting dalam perjalanan hidupnya, di mana ia mulai terjun lebih dalam ke dunia kriminal yang dikendalikan oleh kelompok tersebut.

Di ibukota, Bujang mulai belajar tentang dunia yang jauh lebih kompleks dan keras daripada kehidupannya di kampung. Ia terlibat dalam berbagai aktivitas ilegal, seperti pengelolaan bisnis-bisnis bawah tanah dan pergaulan dengan para tokoh penting di lingkaran kekuasaan. Kepindahan ini membuka matanya tentang bagaimana dunia yang lebih besar beroperasi dan menuntutnya untuk cepat beradaptasi agar bisa bertahan.

BAB 11: Latihan Menembak

Berfokus pada Bujang, tokoh utama, yang menjalani latihan menembak sebagai bagian dari pelatihannya di Keluarga Tong. Latihan ini dilakukan di lapangan tembak yang khusus, dan dihadiri oleh anggota lainnya. Dalam bab ini, Bujang menghadapi berbagai tantangan, termasuk rasa gugup dan tekanan dari lingkungan sekitarnya.

Melalui latihan menembak, Bujang belajar tentang disiplin, fokus, dan pentingnya ketenangan dalam situasi berbahaya. Ia juga menyadari bahwa kemampuan menembak bukan hanya soal teknis, tetapi juga terkait dengan kontrol diri dan pengambilan keputusan yang cepat. Dalam proses ini, ia mendapatkan arahan dari mentor yang berpengalaman, yang mengajarinya strategi dan teknik yang tepat untuk meningkatkan kemampuannya.

Di sisi lain, latihan ini juga mencerminkan perjalanan Bujang dalam menyesuaikan diri dengan kehidupan baru yang penuh risiko dan tantangan. Momen-momen ini menjadi titik penting dalam perkembangan karakternya, yang membangun ketahanan mental dan fisik yang diperlukan untuk menghadapi dunia yang keras di sekitarnya.

BAB 12: Mamak Pergi

Fokus cerita beralih kepada pengalaman dan perasaan Bujang yang mendalam ketika ibunya, Mamak, harus meninggalkan mereka. Kepergian Mamak menjadi momen yang sangat emosional dan signifikan dalam hidup Bujang dan keluarganya.

Bujang merasakan kehilangan yang mendalam dan kesedihan karena harus berpisah dengan sosok yang selalu ada untuknya. Mamak digambarkan sebagai seorang ibu yang penuh kasih sayang, selalu berusaha melindungi dan mendukung anak-anaknya. Namun, situasi yang memaksa Mamak pergi menunjukkan tantangan dan kesulitan yang dihadapi oleh keluarga mereka.

BAB 13: Salonga Dari Tondo

Cerita berfokus pada karakter Tondo, yang merupakan seorang tokoh yang penuh dengan rasa kerinduan dan harapan. Tondo adalah seorang yang kuat dan tabah, menghadapi berbagai tantangan dalam hidupnya, termasuk perjalanan panjang untuk menemukan keluarganya.

Bab ini menggambarkan latar belakang Tondo, termasuk masa lalunya dan hubungannya dengan orang-orang terdekatnya. Ia mengalami berbagai kesedihan dan kehilangan, namun tetap berjuang untuk menemukan arti kehidupan yang lebih baik. Dalam pencariannya, Tondo belajar tentang arti cinta, pengorbanan, dan pentingnya keluarga.

BAB 14: Belajar Hingga Negeri Seberang

Menggambarkan perjalanan Bujang, yang semakin mendalami ilmu pengetahuan dan menghadapi tantangan dalam proses pendidikannya. Dalam bab ini, Bujang memutuskan untuk belajar ke luar negeri demi mengejar cita-citanya dan mendapatkan pendidikan yang lebih baik.

Perjalanannya membawa Bujang ke berbagai tempat dan situasi yang baru, di mana ia harus beradaptasi dengan budaya dan cara belajar yang berbeda. Dia mengalami kesulitan, kerinduan akan kampung halaman, dan perjuangan dalam menghadapi perbedaan yang ada. Namun, semangat Bujang untuk belajar dan memahami dunia di sekitarnya tidak pudar.

BAB 15: Surat Dari Bapak

Menggambarkan momen emosional yang mendalam ketika Bujang menerima surat dari ayahnya. Dalam surat tersebut, Bapak mengekspresikan perasaannya tentang keluarga, cinta, dan harapan untuk masa depan Bujang.

Bapak menyampaikan pesan-pesan bijak yang berkaitan dengan arti kehidupan, pentingnya berjuang, dan nilai-nilai yang harus dipegang teguh. Dia mendorong Bujang untuk tidak hanya mengejar ambisi pribadi, tetapi juga untuk tetap ingat kepada keluarga dan asal-usulnya. Surat ini menjadi pengingat bagi Bujang tentang betapa besar cinta dan pengorbanan yang telah diberikan oleh orang tuanya.

BAB 16: Pengkhianatan -1

Menggambarkan pergeseran yang signifikan dalam hubungan antara Bujang dan keluarga Tong, terutama saat Bujang mulai merasakan adanya ketidakpuasan dan keraguan terhadap dunia yang selama ini dia ikuti. Dia mulai menyadari bahwa nilai-nilai yang dia anut selama ini bertentangan dengan prinsip-prinsip kemanusiaan dan moral yang dia pelajari dari keluarganya.

Dalam bab ini, konflik batin Bujang semakin kuat ketika dia mendapati bahwa beberapa tindakan anggota keluarga Tong tidak hanya berbahaya, tetapi juga dapat menyebabkan kerugian bagi banyak orang. Rasa cinta dan kesetiaan yang dimilikinya mulai terguncang, terutama setelah menyaksikan pengkhianatan dari orang-orang terdekatnya.

Bujang menghadapi dilema besar: tetap setia kepada keluarga yang membesarkannya atau mengambil langkah berani untuk melindungi orang-orang yang tidak bersalah. Pertarungan antara kesetiaan dan moralitas ini membentuk inti dari konflik yang akan mempengaruhi perjalanan hidupnya ke depan. Bab ini menjadi titik awal bagi Bujang untuk merenungkan makna sebenarnya dari pengkhianatan dan konsekuensinya.

BAB 17: Utang 40 Juta Dolar

Cerita berfokus pada pergulatan karakter utama, Bujang, yang terjebak dalam utang besar yang mengancam keselamatannya dan keluarganya. Bujang berusaha untuk membebaskan diri dari jeratan utang yang sangat besar ini, yang tidak hanya menempatkannya dalam situasi berbahaya, tetapi juga menguji integritas dan komitmennya terhadap orang-orang terkasih.

Bujang harus berhadapan dengan berbagai tekanan dari para penagih utang yang tak kenal ampun, serta konflik internal yang muncul dari keputusan-keputusan sulit yang harus diambil. Dalam proses ini, Bujang belajar tentang konsekuensi dari tindakan yang diambilnya, arti dari kepercayaan, dan pentingnya hubungan keluarga.

BAB 18: Pengkhianatan -2

Melanjutkan tema pengkhianatan yang mengungkapkan kompleksitas hubungan antar tokoh. Dalam bab ini, ketegangan semakin meningkat ketika Bujang harus menghadapi pengkhianatan yang mengejutkan dari orang-orang terdekatnya.

Kejadian ini membawa dampak besar bagi perjalanan hidup Bujang, yang harus berjuang untuk memahami dan menerima kenyataan pahit tersebut. Emosi yang dihadapi Bujang, seperti kemarahan, kesedihan, dan kebingungan, menambah kedalaman karakter dan menunjukkan betapa sulitnya situasi yang dihadapinya.

Bab ini juga menggambarkan perubahan dalam dinamika hubungan Bujang dengan anggota Keluarga Tong, di mana rasa percaya mulai pudar dan kecurigaan mengemuka. Selain itu, konflik internal Bujang semakin mendalam, membuatnya merenungkan nilai-nilai yang selama ini dipegangnya.

BAB 19: Tuanku Imam

Fokus cerita beralih kepada Tuanku Imam, seorang tokoh yang memiliki karisma dan pengaruh besar dalam masyarakat. Tuanku Imam digambarkan sebagai sosok yang bijaksana dan tegas, yang berjuang untuk menjaga nilai-nilai agama dan moral dalam komunitasnya. Ia menjadi panutan bagi banyak orang dan berperan sebagai penyeimbang di tengah berbagai konflik yang terjadi.

Cerita menggambarkan interaksi Tuanku Imam dengan Bujang, tokoh utama, yang mencari petunjuk dan bimbingan dari sang imam. Dalam dialog mereka, Tuanku Imam memberikan nasihat yang mendalam mengenai arti kehidupan, cinta, dan pengorbanan. Ia menekankan pentingnya menjalani hidup dengan penuh integritas dan komitmen terhadap prinsip-prinsip yang diyakini.

BAB 20: Suara Adzan

Menggambarkan momen penting bagi tokoh utama, Bujang, yang mencerminkan perjalanan spiritual dan identitasnya. Dalam bab ini, suara adzan yang menggema di masjid mengingatkan Bujang akan pentingnya iman dan kebersamaan dalam kehidupan.

Ketika suara adzan terdengar, Bujang merasakan panggilan untuk kembali ke akar budayanya dan memperkuat hubungannya dengan Tuhan. Momen ini menjadi refleksi bagi Bujang mengenai keluarganya, nilai-nilai yang diajarkan orang tuanya, serta pengorbanan yang telah mereka lakukan. Dia mulai menyadari betapa pentingnya agama dan kepercayaan dalam menjalani hidup, meskipun dia terjebak dalam dunia yang penuh dengan kejahatan dan kesulitan.

BAB 21: Memeluk Erat

Fokus cerita beralih pada hubungan keluarga dan pentingnya cinta serta dukungan di antara mereka. Dalam bab ini, kita melihat Bujang yang semakin menyadari betapa berharganya hubungan dengan orang-orang terdekatnya, terutama keluarganya.

Bujang mengalami momen refleksi di mana dia merenungkan perjalanan hidupnya, tantangan yang dihadapinya, dan bagaimana cinta keluarganya telah membentuk siapa dirinya saat ini. Ada momen-momen emosional di mana Bujang merasakan kerinduan terhadap orang tua dan saudara-saudaranya. Dia mengingat kenangan indah bersama mereka, serta pelajaran yang didapat dari berbagai pengalaman pahit dan manis.

BAB 22: Kesetiaan Yang Memanggil

Mengeksplorasi tema kesetiaan melalui hubungan antara Bujang dan orang-orang terdekatnya. Dalam bab ini, Bujang mulai menyadari pentingnya kesetiaan dalam hidupnya, baik terhadap keluarganya maupun teman-temannya.

Bujang dihadapkan pada pilihan-pilihan sulit yang menguji loyalitasnya. Dia harus mempertimbangkan antara mengikuti jalan hidup yang ditentukan oleh Keluarga Tong atau tetap setia kepada nilai-nilai dan orang-orang yang telah mendukungnya sejak kecil. Pertentangan antara ambisi dan kesetiaan ini menjadi inti konflik emosional dalam bab ini.

BAB 23: Lantai Dua Puluh Lima

Berfokus pada pengalaman Bujang yang semakin mendalam dalam dunia yang penuh intrik dan konflik. Di bab ini, Bujang mendapati dirinya berada di lantai dua puluh lima sebuah gedung tinggi, yang melambangkan posisi dan tantangan baru dalam hidupnya.

Lantai dua puluh lima menjadi simbol ambisi dan pencarian identitas Bujang. Di sini, dia berinteraksi dengan berbagai karakter yang memiliki latar belakang berbeda, termasuk beberapa orang penting yang memiliki pengaruh dalam dunia yang dia masuki. Pertemuan-pertemuan ini membuka pandangan Bujang terhadap realitas yang lebih luas, termasuk mengenai moralitas dan konsekuensi dari pilihan-pilihannya.

BAB 24: Samurai Sejati

Mengisahkan perjalanan Bujang, tokoh utama, yang semakin mendalami dunia yang gelap dan penuh tantangan. Dalam bab ini, Bujang menghadapi pelajaran berharga tentang arti sejati dari keberanian dan kehormatan.

Bujang belajar dari sosok yang dianggap sebagai "samurai sejati," yang mengajarkan filosofi hidup tentang integritas, ketulusan, dan keberanian. Samurai ini bukan hanya seorang pejuang yang terampil dalam bertarung, tetapi juga seseorang yang memiliki prinsip dan nilai-nilai yang kuat. Dia menekankan pentingnya bertindak dengan hati, serta menjaga kehormatan diri dalam setiap tindakan.

Dalam proses pembelajaran ini, Bujang dihadapkan pada situasi yang menguji moralitas dan pilihannya. Dia harus memutuskan antara mengikuti jalur kekerasan yang biasa dilakukan oleh kelompoknya atau memilih jalan yang lebih mulia meski penuh risiko. Bab ini menggambarkan pertarungan batin Bujang, serta bagaimana dia berusaha menemukan identitas dan jati dirinya di tengah situasi yang sulit.

Berikut rangkuman dari seluruh isi novel Pulang

Evaluasi

Tentunya setiap novel memiliki berbagai keuntungan maupun kelemahan.

Kali ini saya akan memberikan pendapat saya

Kelebihan :

1.     Alur Cerita yang Menarik dan Mendalam: Novel Pulang memiliki alur yang dinamis dengan banyak kejutan yang membuat pembaca terus penasaran. Perjalanan hidup tokoh utama yang penuh konflik dan intrik menjadikan ceritanya kompleks dan tidak monoton.

2.     Penggambaran Karakter yang Kuat: Tere Liye berhasil menggambarkan karakter tokoh utama dan tokoh-tokoh lainnya secara mendalam. Pembaca dapat merasakan emosi dan perjuangan dari masing-masing tokoh, sehingga mereka terasa lebih hidup dan mudah diingat.

3.     Tema yang Relevan dan Sarat Makna: Novel ini mengangkat tema keluarga, pengorbanan, dan pencarian jati diri, yang merupakan tema universal dan dapat diterima oleh berbagai kalangan. Makna "pulang" yang diangkat Tere Liye bukan hanya tentang tempat fisik, tetapi juga perjalanan menuju penerimaan diri dan pemahaman terhadap nilai-nilai kehidupan.

Kelemahannya :

1.     Beberapa Bagian Terasa Lambat: Ada bagian-bagian dalam novel yang terasa agak lambat dan mungkin membosankan bagi sebagian pembaca. Detail yang cukup panjang di beberapa adegan dapat membuat pembaca merasa ceritanya terlalu bertele-tele.

2.     Alur Mundur yang Kadang Membingungkan: Novel ini menggunakan alur campuran, termasuk flashback (alur mundur) yang cukup banyak. Hal ini kadang membuat pembaca harus lebih fokus untuk memahami konteks waktu dan latar belakang dari peristiwa yang terjadi.

3.     Tokoh Sampingan Kurang Mendalam: Beberapa tokoh sampingan dalam cerita dianggap kurang mendapatkan pengembangan yang mendalam, sehingga terasa kurang "nyata" dan tidak begitu memberi pengaruh signifikan pada perkembangan cerita utama.


 

Penutup Resensi

Secara keseluruhan, Pulang adalah sebuah novel yang mengajak pembaca menyelami kisah perjalanan hidup yang penuh perjuangan, pencarian jati diri, dan makna "pulang" yang sebenarnya. Tere Liye berhasil mengemas tema-tema kehidupan yang universal dan sarat makna, sehingga dapat menginspirasi pembaca dari berbagai kalangan. Melalui alur cerita yang penuh emosi dan karakter yang kuat, Pulang tidak hanya menjadi bacaan yang menghibur, tetapi juga reflektif bagi siapa saja yang pernah merasa kehilangan arah atau ingin menemukan tempat mereka di dunia.

Bagi para pembaca yang menyukai cerita yang kaya akan nilai-nilai kehidupan dan penuh pesan moral, novel ini sangat layak untuk dibaca dan direnungkan. Dengan demikian, Pulang bukan hanya sebuah cerita, tetapi sebuah perjalanan batin yang dapat menginspirasi setiap orang untuk terus mencari, memahami, dan menghargai arti rumah dan keluarga dalam hidup.

Novel Pulang karya Tere Liye (2021) layak dibaca karena menawarkan kisah mendalam tentang keluarga, cinta, dan pencarian jati diri, dibalut dengan latar belakang budaya dan konflik sosial yang menarik. Novel ini mengisahkan perjalanan seorang tokoh bernama Bujang, yang berasal dari keluarga sederhana hingga menjadi anggota kelompok rahasia dengan kode moral yang kompleks. Tere Liye berhasil menghadirkan alur yang penuh kejutan, karakter yang kuat, serta narasi yang menggugah emosi pembaca. Dengan gaya bahasa yang khas, novel ini tidak hanya memberikan hiburan, tetapi juga menyajikan pelajaran hidup yang relevan dan reflektif bagi berbagai kalangan pembaca

D.     SIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Resensi adalah ulasan atau penilaian terhadap sebuah karya, seperti buku, film, drama, musik, atau karya seni lainnya, tentunya untuk kita mengetahui tentang kelayakan sebuah buku untuk dibaca. Ulasan atau yang biasa dikenal dengan resensi, secara etimologi berasal dari bahasa Belanda, yaitu resentie dan bahasa Latin recentsii recensere, atau revidere, yang artinya mengulas kembali atau melihat kembali. Nah, kalau dalam bahasa Inggris, resensi dikenal dengan istilah review.

Tentunya Resensi juga seperti kebanyakan teks yang ada, pasti memiliki struktur hingga cara melakukan resensi, Resensi ternyata memiliki 4 struktur, 6 ciri-ciri, 4 jenis-jenis, 8 cara melakukan resensi.

Resensi mengulas tentang isi buku. Resensi yang dimuat pada media cetak dikirim oleh penulis ke redaksi. Resensi yang dikirim oleh penulis diseleksi terlebih dahulu oleh redaksi. Sebelum dimuat dalam media cetak teks resensi telah melalui proses editing oleh editor media cetak. Media cetak berupa surat kabar dan majalah.

Secara keseluruhan, novel Pulang karya Tere Liye adalah karya sastra yang menggugah dan penuh makna, mengangkat tema perjalanan hidup, keluarga, dan pencarian jati diri. Dengan alur yang menyentuh dan karakter yang kuat, novel ini berhasil mengajak pembaca untuk merenung tentang arti "pulang" dalam kehidupan—bukan sekadar tempat, tetapi perjalanan emosional dan spiritual untuk menemukan diri sendiri dan memahami nilai-nilai kehidupan. Relevansi novel ini semakin terasa di tengah ketidakpastian zaman, di mana banyak orang kembali mencari makna rumah dan keluarga.

Melalui resensi ini, dapat disimpulkan bahwa Pulang adalah novel yang tidak hanya menghibur, tetapi juga menyampaikan pesan moral yang mendalam tentang keberanian, pengorbanan, dan pencarian makna hidup. Tere Liye berhasil menciptakan karya yang mampu menginspirasi pembaca untuk menggali lebih dalam makna perjalanan hidup mereka sendiri, serta menghargai arti sejati dari keluarga dan "pulang."

Saran :

1.     Mempercepat Alur pada Bagian yang Terasa Lambat: Bagian-bagian yang terkesan lambat dapat dibuat lebih singkat atau lebih fokus pada momen-momen penting, sehingga pembaca tetap tertarik dan tidak kehilangan minat. Pemangkasan pada bagian-bagian yang kurang esensial akan membantu mempertahankan ketegangan dan fokus cerita.

 

2.     Pengembangan Karakter Sampingan: Tokoh-tokoh sampingan yang mendampingi perjalanan hidup tokoh utama dapat diberikan porsi pengembangan yang lebih mendalam. Ini akan memberikan dimensi baru dan kedalaman pada cerita, sekaligus memperkuat hubungan antar-karakter sehingga terasa lebih nyata dan memberi dampak emosi yang lebih kuat.

 

3.     Penggunaan Alur Mundur yang Lebih Jelas: Dalam novel ini, alur mundur (flashback) memainkan peran penting untuk memberikan latar belakang tokoh utama. Agar lebih mudah dipahami, bisa dipertimbangkan adanya penanda yang jelas atau pembagian bab yang lebih terstruktur untuk setiap alur waktu, sehingga pembaca lebih mudah mengikuti cerita.

 

DAFTAR PUSTAKA

Akashi Nur Umar. Detik Jogja (2024) Tata Cara Membuat Resensi Buku yang Rapi dan Terstruktur. Rabu, 31 Jan 2024 17:43 WIB
https://www.detik.com/jogja/kota-pelajar/d-7170370/tata-cara-membuat-resensi-buku-yang-rapi-dan-terstruktur.

Bisma Leo. Brain Academy (2024) Pengertian Teks Resensi, Struktur, Jenis, dan Contohnya! February 13, 2024 https://www.brainacademy.id/blog/teks-resensi

Hidayah Nurul . Ruang Guru (2024). Pengertian Resensi, Manfaat, Struktur & Cara Menyusunnya, February 12, 2024 https://www.ruangguru.com/blog/cara-membuat-resensi-buku

Liye Tere (2021) Pulang. Jakarta:SabakGrip

Nugroho Faozan Tri. Bola (2021) Jenis-Jenis Resensi Beserta Penjelasan, Ketahui Manfaat dan Unsur-unsurnya. 19 Mei 2021, 07:40 WIB https://www.bola.com/ragam/read/4560348/jenis-jenis-resensi-beserta-penjelasan-ketahui-manfaat-dan-unsur-unsurnya?page=4

 

 

 

 

Komentar